DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Strict//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-strict.dtd"> Didi Tarsidi: Counseling, Blindness and Inclusive Education: Oleh-oleh dari Italia 2005
  • HOME


  • Guestbook -- Buku Tamu



    Anda adalah pengunjung ke

    Silakan isi Buku Tamu Saya. Terima kasih banyak.
  • Lihat Buku Tamu


  • Comment

    Jika anda ingin meninggalkan pesan atau komentar,
    atau ingin mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon saya,
    silakan klik
  • Komentar dan Pertanyaan Anda




  • Contents

    Untuk menampilkan daftar lengkap isi blog ini, silakan klik
  • Contents -- Daftar Isi




  • Izin

    Anda boleh mengutip artikel-artikel di blog ini asalkan anda mencantumkan nama penulisnya dan alamat blog ini sebagai sumber referensi.


    06 May 2025

    Oleh-oleh dari Italia 2005



    International Conference on New Technology and New Horizon for the Blind,
    Treviso, Italy, 12-13 December 2005.

    Ini adalah kali kedua saya diundang ke Italia sebagai pembicara dalam konferensi internasional. Kali ini saya didampingi oleh anak kedua, Sendy, setelah tahun lalu oleh anak pertama, Tommi.
    Perlu diketahui bahwa Selama ini hanya ke negeri ini panitia penyelenggara menyediakan anggaran untuk pendamping. Ke negeri lain saya selalu berangkat tanpa pendamping.

    Penerbangan dengan KLM dari Jakarta ke kota Venizia (Venice), Italia, makan waktu 16 jam plus 7 jam transit di Kuala Lumpur dan Amsterdam.
    Tujuan kami adalah kota Treviso yang terletak 20 menit dengan mobil dari bandara Marcopolo, Venizia.

    Kami tinggal di hotel Maggior Consiglio. Bagasi kami ketinggalan di Amsterdam dan baru tiba di hotel kami keesokan harinya. Untungnya pakaian anti dingin kami bawa dalam cabin luggage. Suhu di bulan Desember ini berkisar antara 2-8 derajat Celcius, tapi belum ada salju.
    Bila di tanah air, kita selalu mendengar suara adzan pada waktu-waktu shalat, di sini kami selalu mendengar bunyi lonceng gereja setiap jam.

    Konferensi berlangsung selama dua hari, tanggal 12-13 Desember, tapi kami sudah tinggal di sana sejak tanggal 9. Jadi kami punya waktu dua hari penuh untuk jalan-jalan.
    Dengan berbekal peta berbahasa Itali, tangal 9 kami naik kereta api ke Venezia Santa Lucia, sebuah tempat wisata di pantai.
    Untuk perjalanan dengan kereta api itu kami membayar 4,5 Euro untuk dua tiket. Saya menunggu petugas yang akan memeriksa tiket, tapi hingga perjalanan berakhir 30 menit kemudian, tak ada orang yang memeriksa tiket. Rupanya orang di sana jujur-jujur. Tak perlu selalu ada pemeriksa tiket.
    Pantai Venezia dipenuhi pengunjung domestic maupun turis asing. Atraksi yang paling menarik di sini adalah naik gondola. Gondola adalah perahu hitam dan emas yang telah menjadi simbol Venesia sejak dahulu kala. Gondola adalah perahu yang dikemudikan oleh seorang gondoliere yang terampil, yang dengan lihai menghindari perahu lain dan mengarahkan gondola ke kanal-kanal tersempit. Sayangnya kami tidak berani mencobanya. Bekal kami tidak cukup. Tarif standar adalah 90 euro per penumpang untuk perjalanan 30 menit. Jadi, kami hanya menyaksikan orang lain naik dan turun perahu itu.
    Kunjungan ke Santa Lucia kami akhiri dengan makan siang sandwich tuna plus capucino seharga 10 Euro.

    Ketika kami kembali ke hotel, kami mendapati kopor kami sudah ada di kamar, berikut dua botol anggur dari Mr. Cervellin (yang mengundang kami).

    Tanggal 10 kami dibawa oleh tuan rumah jalan-jalan mengitari Treviso piazza (alun-alun kota Treviso).
    Antara lain, kami dibawa mengunjungi gereja. Ada seorang peminta-minta asing di situ. Yang mengenaskan adalah bahwa dia berpakaian muslimah.

    Konferensi diikuti oleh sekitar 130 peserta dari seluruh Italia. Di samping pembicara Italia, ada 5 pembicara dari luar Italia: Jerman, Denmark, Jepang, Cina dan Indonesia.

    Konferensi membahas perkembangan teknologi bagi tunanetra selama 20 tahun terakhir, termasuk teknologi buku digital DAISY, printer Braille, dan komputer dengan speech screen reader dan Braille display. . Utusan dari Jepang (Mr. Kaneko), menampilkan printer Gemini yang dapat mencetak Braille dan tulisan biasa sekaligus pada satu lembar kertas yang sama. Keunikan lainnya dari printer ini adalah tidak berisik seperti printer Braille pada umumnya. Bunyinya persis seperti printer inkjet saja.
    Mr. Mao dari Cina menampilkan Braille display yang sangat murah, hanya 40% dari harga Braille display pada umumnya.

    Di samping itu, konferensi juga menampilkan testimoni (kesaksian) para profesional tunanetra yang berhasil, termasuk pengacara, jurnalis, pematung, pelukis, psikoanalis, walikota, fisioterapis, editor music, juru cicip anggur, (semuanya orang Itali), dan dosen dari Indonesia.
    Sebagai dosen di lembaga pendidikan umum (Universitas Pendidikan Indonesia), saya mendemonstrasikan bagaimana seorang tunanetra dapat mengoperasikan PowerPoint dengan bantuan screen reader JAWS pada laptop dan menampilkanna di LCD. (Ketika itu LCD masih merupakan teknologi yang relative baru).

    Yang paling nenarik bagi saya adalah Tiziano Zampieron, walikota San Pietro.
    Pada tahun 1996 partai politiknya memenangkan pemilu di kota San Pietro, dan dia dipilih sebagai ketua DPRD kota itu. Tahun 2000 dia mencalonkan diri sebagai walikota dan menang. Lawan-lawan politiknya berusaha mendiskreditkannya dengan kemungkinan dia menandatangani dokumen yang salah akibat ketunanetraannya. Tetapi dia tetap menang.
    Dan yang lebih menarik adalah bahwa tahun lalu dia terpilih lagi untuk masa jabatan kedua.

    Di tempat konferensi itu digelar juga pameran teknologi dan karya para tunanetra. Kami melihat patung-patung karya Felice Tagliaferri: kepala manusia dan kepala kuda dari batu, dan pantat perempuan dari marmer.
    Juga terdapat lukisan karya pelukis tunanetra, lukisan abstrak. Sayang sekali pelukis itu tidak dapat berbahasa Inggris sehingga saya tidak dapat memperoleh penjelasan bagaimana dia dapat memadukan warna-warna. Dalam bahasa Inggris yang patah-patah, dia mengatakan bahwa dia merupakan satu-satunya orang buta total di Italia yang berhasil menjadi pelukis.

    Bila anda ingin melihat foto-foto kunjungan kami, coba cari di link berikut:
  • Foto

  • Bersambung (kapan-kapan) dengan cerita perjalanan saya ke negeri lain. Didi Tarsidi

    Labels: , ,

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke DAFTAR ISI